Permainan Tradisional Bentik

On Rabu, 01 Maret 2017 0 komentar

Permainan Tradisonal Bentik


Berbicara tentang bermain, memang tidak jauh dari anak-anak. Dunia masa kecil memang selalu dihiasi dengan aktivitas bermain di samping aktivitas belajar. Di masa kecilnya, manusia memang menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain daripada untuk belajar, dikarenakan pada masa kecil otak manusia mengalami perkembangan.

Dahulu, banyak sekali permainan yang menarik dan populer. Salah satunya adalah permainan bentik. Bentik adalah salah satu permainan tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Anak-anak di kampung saya sering menyebut permainan ini dengan nama patil lele.

Bentik pada masanya pernanh menjadi permainan yang populer di Indonesia. Bentik dimainkan oleh sekelompok anak-anak. Tiap kelompok terdiri dari 2-4 orang. Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu, yang satu berukuran panjang 30cm dan yang satu lagi berukuran panjang 10-15cm.

Di masa kecil saya, saya sering sekali memainkan permainan bentik ini bersama teman-teman saya. Kami bermain bentik di lapangan yang luas dan berdebu. Kami biasanya tidak menggunakan alas kaki saat bermain. Sebelum permianan di mulai kami akan menggali tanah terlebih dahulu untuk tempat potongan bambu pendek yang hendak dipukul. Pangjang galian sekitar 12cm dengan kedalaman sekitar 3-5cm.

Untuk menentukan tim pemukul dan tim penangkap adalah dengan suit, yang menang suit akan jadi tim pemukul dan yang kalah akan jadi tim penangkap.

Babak pertama dalam bermain bentik adalah meletakkan bentik pendek di atas lubang dengan cara menyilang, letakkan bentik panjang di lubang tepat di bawah bentik pendek, lalu bersiap melempar bentik pendek tersebut. Jika bentik pendek yang di lepar berhasil di tangkap oleh lawan maka giliran bermain akan diganti. Jika tidak berhasil ditangkap, maka ada satu kesempatan lagi dengan melemparkan bentik pendek ke bentik panjang yang di letakkan menyilang di atas lubang. Bila lemparan kena, maka tim penangkap akan berganti menjadi tim pemukul. Bila lemparan tidak mengenai bentik panjang, maka akan masuk ke babak kedua. Bentik pangjang dan pendek di pegang dengan tangan, lempat bentik pendek keatas lalu pukul beberapa kali keatas sebelum dipukul kuat kedepan dengan menggunakan bentik panjang. Dari jarak mendaratnya bentik kecil, salah saru tim penangkap harus melemparkan bentik kecil kearah pemukul. Setelah bentik pendek berhasil dipukul, maka tim pemukul akan mengkitung jarak mendaratnya bentik pendek ke lubang bentik untuk mendapatkan poin.

Babak terakhir adalah yang sering kami sebut dengan patil lele. Letakkan lurus bentik pendek dilubang dengan ujung bentik pendek berada di luar lubang. Pukul bagian ujung hingga terlempar keatas lalu segera pukul lebih keras kedepan. Tim penangkap tetap bertugas menangkap bentik pendek. Bila tidak tertangkap, tim pemukul akan meneruskan permainan. Dalam memukul bentik di lakukan secara estafet (jika pemain pertama gagal memlempar atau bentik yang dilempar berhasil di tangkap oleh tim penangkap, maka akan diganti oleh pemain kedua, dst). Jarak yang diukur dengan bentik biasanya yang menentuka kemenangan tim. Tim yang menang biasanya akan dihadiahi oleh tim yang kalah dengan cara di gendong dengan disesuaikan jauhnya jarak bentik pendek yang dipukul.

Pengalaman yang saya alami bersama teman-teman saya mungkin akan di pandang remeh oleh sebagian orang. Hanya sebuah permainan yang sederhana, yang sudah sering terjadi. Namun, pengalaman bermain seperti itulah yang akan memengaruhi kehidupan saya di masa kini.

Dahulu vs Kekinian

Permainan tradisional anak merupakan salah satu bentuk foklore berupa permainan yang beredar secara lisan di antara anggota tradisi budaya tertentu, berbentuk tradisional, terdapat aturan main yang mengandung nilai-nilai luhur, dilakukan melalui interaksi dan diwariskan secara turun temurun melalui generasi ke generasi.

Dalam permainan tradisional yang segala sesuatunya bersifat alamiah, dimana tidak ada setting yang dipersiapkan, anak menjadi lebih banyak mendapat kesempatan mengeksplorasi berbagai media yang tersedia alami sebagai dasar berpikir kreatif. Keanekaragaman jenis permainan tradisional yang menggunakan bahan alami (bambu, kertas, kayu, tanah, batang tanaman, daun-daunan, jerami, batu, dll), mampu memberikan rangsangan sensorimotor yang kaya, baik dari tekstur, ukuran berat dan bentuknya yang beragam. Lain halnya dengan alat-alat permainan sekarang yang ditawarkan industri pabrik mainan, yang tidak mendorong anak menjadi seorang kreator tetapi lebih menggiring anak menjadi operator, yang memanfaatkan kehadiran teknologi canggih seperti komputer, internet atau play stations, yang membuat banyak anak minim melakukan kontak dengan dunia luar. Sedangkan dalam permainan tradisional, anak lebih banyak dirangsang bermain dengan cara berinteraksi dengan orang lain di dalam kelompok. Di dalam interaksi kelompok terjadi proses sosialisasi yang mengajarkan pendidikan nilai-nilai luhur nenek moyang melalui aturan main, yang merupakan jembatan untuk berinteraksi dengan dunia yang lebih luas di kemudian hari. Dengan demikian, tidak dapat ditolak lagi bahwa permainan tradisional ini perlu dikembalikan fungsinya, sebagai salah satu sumbangan bagi pembentukan karakter dan identitas manusia Indonesia yang unggul dan tanggap terhadap perubahan tuntutan zaman tanpa tercabut dari identitas akar budayanya.

Kita adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan, banyak hal yang lahir dari tradisi kultural kita. Tradisi yang telah lahir seharusnya kita jaga dengan baik agar kita dapat menunjukkan bagaimana bentuk dari tradisi yang kita lihat. Sebagaimana bentuk tradisi permainan unik dulu yang sering saya dan teman-teman saya lakukan. Memahami betapa pentingnya kebaikan dan nilai luhur yang tinggi.

Daftar Pustaka :

 . Hisback, H. 2006. Peran Permainan Tradisional yang Bermuatan Edukatif dalam Menyumbang Pembentukan Karakter dan Identitas Bangsa. Jakarta : UI.
. Alwi, Hasan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Pusat Bahasa.
. Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2015. Permainan Tradisional. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
. Husna M, A. 2009. 100+ Permainan Tradisional Indonesia. Yogyakarta : CV. Andi Offset

0 komentar:

Posting Komentar